--
0


PELABUHAN darat atau dry port Cikarang sudah mulai dioperasikan. Untuk mendukung kelancaran aktivitasnya, proses pengerjaan pembangunan jalur kereta api (KA) yang menghubungkan Cikarang-Tanjung Priok dikebut selama tiga bulan ke depan. Keberadaan pelabuhan darat ini nantinya akan memudahkan akses transportasi pengiriman barang dari Cikarang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

Guna memastikan semua program persiapan hingga awal pengoperasian berjalan baik, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa melakukan kunjungan ke Cikarang, Sabtu, (28/08). Tujuh orang Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yaitu Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Pertanian Suswono turut mendampingi.

Hatta meminta kepada sejumlah menteri yang berkaitan dengan kelancaran dan keberadaan dry port Cikarang agar secepatnya merealisasikan pembangunan jalur kereta api menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok. "Saya minta tiga bulan sudah rampung dan ini dicatat oleh wartawan," ujarnya serius.

Menurut dia, jika jalur kereta api bisa terbangun langsung ke Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) Dry Port Cikarang, efisiensi waktu bisa dipercepat serta kemacetan di jalan tol bisa dikurangi.

KPPT Dry Port Cikarang, kata Hatta, memungkinkan pelabuhan yang dimilikinya menjadi salah satu spoke atau pelabuhan pengumpan di Indonesia yang melayani khususnya tujuh Kawasan di Kabupaten Bekasi serta kawasan industri lain di luar kabupaten Bekasi seperti Karawang dan Cikampek.

Di samping itu, KPPT Dry Port Jababeka III Cikarang mempunyai fasilitas, antara lain, sebagai terminal operasi untuk container yard dan container freight, operasi pendukung terminal seperti depot kontainer kosong dan co-truck depot, serta pengangkutan seperti manajemen armada dan kereta api.

"Dry port akan sangat membantu kelancaran distribusi barang dari Cikarang, Karawang, dan Cikampek. Tentunya juga akan mengurangi biaya pengiriman yang membengkak akibat kemacetan jalan tol," ujar Hatta.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Thomas Sugijata menjelaskan, prinsip dasar KPPT adalah adanya hubspoke dalam penyelesaian kepabeanan, yaitu memfungsikan pelabuhan yang satu sebagai pengumpul (hub) dan pelabuhan lainnya sebagai pengumpan (spoke).

"Daerah Kawasan Jababeka adalah spoke, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok adalah hub-nya. KPPT sendiri merupakan konsep reformasi di Dirjen Bea dan Cukai yang menawarkan solusi kepada Indonesia untuk sebuah kawasan industri," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jababeka Setiayasa Kusumah menjelaskan, selain jalur kereta api akan ada juga pintu tol yang langsung ke KPPT Dry Port Cikarang. Adapun jarak antara rel kereta api dan KPPT Dry Port hanya sekitar 90 meter sehingga bisa dipercepat pembangunannya. "Sekarang dry port sudah beroperasi selama satu minggu dan melayani kepabeanan untuk pengiriman barang ke Pelabuhan Tanjung Priok," katanya.

Dry port dibangun di atas lahan seluas 240 hektare, satu kompleks dengan kawasan industri yang mampu menampung 1.300 perusahaan di wilayah desa Tanjungsari, Simpangan, dan Pasirgombong. Di kawasan yang diberi nama Jababeka III ini juga dibangun sarana pendukung berupa PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) yang dikerjakan oleh PT Bekasi Power.

Namun pada perjalanannya, pembangunan dry port tersebut mendapat kritikan dari El-Kail (Lembaga Kajian dan Advokasi Lingkungan) Bekasi, salah satu LSM Lingkungan di Bekasi. Pasalnya, pembangunan kawasan baru tersebut dinilai tidak sesuai dengan rekomendasi Amdal (Analisis Dampak Lingkungan) yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pemprov Jawa Barat.

Ridwan Arifin, Ketua Biro Kajian dan Penelitian El-Kail mengatakan, seharusnya sebelum proses pembangunan, pelaksana projek harus melakukan penanaman pohon pelindung untuk menghindari polusi berupa debu. Namun hal tersebut tidak diindahkan. Akibatnya, banyak warga yang terkena penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) dan juga kebisingan akibat kegiatan projek yang dikerjakan pada malam hari. Selain itu, akibat dari proses pembangunan warga kini terancam bahaya kekeringan dan banjir.

"Bayangkan, hampir setiap hari truk tanah melintas di kawasan tersebut. Debunya beterbangan ke mana-mana, banyak warga yang terkena penyakit ISPA. Padahal ketentuannya harus ada pohon pelindung terlebih dahulu," ujar Ridwan.

Selain itu, Jababeka III tidak memberikan pintu akses masuk ke Kampung Poncol, Desa Tanjung Sari. Akibatnya, akses ke kampung yang terdiri atas 4 RW dan berpenghuni sekitar 1.200 KK tersebut hanya ada dua jalan. Pertama, melintasi rel kereta api dan jalan kawasan yang jika malam hari kerap ditutup. Padahal seharusnya, kata Ridwan, Jababeka harus menyediakan akses jalan yang memadai bagi daerah sekitar kawasan. Kritik tersebut sudah sering disampaikan, tetapi sampai saat ini belum juga mendapat tanggapan dari pihak pelaksana projek dan Jababeka.

"Kami berharap agar pembangunan dry port ini ramah lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Jika hal ini tidak diperhatikan, Jababeka telah melakukan kejahatan lingkungan," ujar Ridwan.

--
0

Kemaren hari minggu tanggal 29 Agustus 2010
Saya dan keluarga ngabuburit cari makan di Kota Cikarang ....
saya sengaja berangkat lebih awal, soalnya pengen liat progress dari pembangunan Cluster Acacia Garden
Sesampainya di Lokasi, ternyata sudah mencapai 60% pembangunannya.

dulu sungai buatan yang awalnya masih belum jadi, sekarang sudah bagus dan rapi, coz pinggirannya di semen batu kali.

Jembatan yang dulu belum ada, sekarang sudah berdiri kokoh.

Serah Terima Untuk bulan Desember masih sesuai dengan planning, dan ingat Cluster Acacia Garden dari Lippo Cikarang ini sudah tidak perlu lagi membayarkan Bea Balik Nama, Biaya Akta Jual Beli, BPHTB... WAOW
Unit yang saya ambil kalo dihitung-hitung kurang lebih 15 Juta'an untuk biaya-biaya di atas.WAOW lumayan sekaleee
So tinggal isi dengan perabotan dan siapkan Dirimu untuk tinggal di sejuknya Cluster Acacia Garden.